Sejak sebelum menikah hingga sudah menikah, saya kerja kantor. Suami tidak keberatan dan tidak pernah menghalangi karir saya. Rumah tangga berjalan lancar dan semua baik-baik saja. Namun setelah anak saya lahir dan mengkondisikan saya harus punya “asisten rumah tangga” (pembantu : red.), saya mulai mengahadapi masalah-masalah baru.
Mempunyai pembantu berarti harus berbagi penghasilan kantor saya dengannya. Biaya rumah tangga juga semakin tinggi. Waktu saya banyak habis di kantor termasuk hari libur, pulang sudah kelelahan sehingga saya tidak mempunyai waktu senggang untuk memantau aktifitas pembantu. Pembantu pertama, saya berhentikan setelah mencuri uang, pembantu penggantinya mengambil handphone saya lalu lari, disusul masalah-masalah lain dengan pembantu-pembantu selanjutnya.
Namun masalah yang sungguh-sungguh merisaukan adalah yang berhubungan dengan ‘buah hati’ saya. Diasuh pembantu, anak saya sering sakit-sakitan dan berat badannya susah naik. Belum lagi kebersihan peralatan makan, botol susu, dan pakaiannya meragukan, karena berbau tak sedap.
Setiap kali meninggalkan rumah untuk bekerja yang ada hanya perasaan khawatir apakah anak saya sudah makan, apakah anak saya diberi susu yang cukup, apakah anak saya jatuh, dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang akhirnya justru mengganggu konsentrasi kerja saya.
Akhirnya…
Saya memutuskan untuk resign….
Ini bukanlah keputusan yang mudah, karena saya terbiasa kerja kantor sejak muda. Namun, keinginan untuk tidak meninggalkan anak saya dengan kerja di luar rumah, demi mendampingi tumbuh kembangnya sangat besar. Dan suami mendukung sepenuhnya keputusan saya itu.
Hari-hari pertama saya merasa jenuh dengan kesibukan sebagai ibu rumah tangga saja. Ditambah kesadaran, bahwa secara finansial saya tidak lagi mandiri dan hanya bergantung pada penghasilan suami. Saya mencoba berdagang ini dan itu, coba MLM ini dan itu juga. Belum ada yang mengena di hati dan memberi jaminan kesuksesan finansial saya di masa depan.
Sampai suatu hari saat sedang browsing di internet, saya lihat iklan dBC Network. Saya klik…dan mendapat follow up lewat email. Saya lihat sistemnya menarik dan saya pikir tidak ada salahnya join....…mulailah saya dengan bisnis online bersama dBC Network hingga saat ini.
Saya sungguh bahagia dengan bisnis ini, Bunda...
Dan yang terpenting !
Saya bekerja dari rumah...
Saya tidak meninggalkan buah hati saya...
Saya punya penghasilan...
Bunda ingin bekerja dari rumah ?
Dan temukan kesusksesan Bunda ...
